Eksplorasi Konsep Budaya Positif Teori Kontrol Modul 1.4

Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas rekan Anda adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda boleh membujuk, menghardik, menggoda, bahkan menawari Anda dengan uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda. 

Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan teman kerja Anda secara bergantian, masing-masing akan memiliki waktu 1 menit saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa? 

• Kira-kira apakah Anda akan membuka kepalan tangan Anda dengan bujukan, godaan, atau paksaan teman Anda? Mengapa? 

• Ataukah Anda akan bertahan dan menolak membuka kepalan tangan sampai sekuat tenaga Anda? Mengapa? 

Eksplorasi Mandiri: 

Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan disiplin kali ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, mari menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid.

Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol:

Ilusi guru mengontrol murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.

Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.

Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.

Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.



 Saat ini Anda bayangkan memandang cermin, memandang diri Anda sebagai seorang pendidik, dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan renungan tersebut di bawah ini setelah membaca tentang perubahan paradigma: 

  1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, adakah bagian yang masih mengganjal atau belum Anda pahami?
  2. Apakah Anda meyakini bahwa tepat untuk meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan Anda, dan bahwasanya adalah tanggung jawab Anda untuk memaksa murid demi suatu kebaikan, adakah cara lain?  
contoh Jawaban dalam kegiatan forum diskusi dengan CGP lainnya.
1. Yang mengganjal bagi saya adalah bagaimana membedakan bahwa kita sedang menerapkan disiplin ataukah justru hanya melakukan ilusi kontrol? terkadang saat menghadapi situasi tertentu kita seringkali tanpa sadar melontarkan hal-hal yang dikira pembelajaran disiplin, namun ternyata hanya ilusi kontrol.

 2. Tidak tepat jika meminta murid untuk menyesuaikan diri dengan keinginan saya atas nama tanggungjawab demi kebaikan. Sebaiknya semua hal dikomunikasikan dengan baik dan melibatkan guru-murid sehingga lebih mudah dicapai jalan tengah tanpa adanya ilusi kontrol, melainkan saling terbuka agar murid juga menyadari keputusannya.

1. Setelah membaca tentang ilusi control dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori control, bagian yang masih membutuhkan pemahaman lebih lanjut bagi saya adalah Model berpikir menang/ kalah dan model berpikir menang-menang. 
2. Meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan kita itu kurang tepat karena murid mempunyai kebebasan menentukan keinginannya sendiri. Sebagai guru kita bertugas dan bertanggung jawab membimbing serta mengarahkannya untuk mendapatkan hasil sesuai keinginan yang ingin dicapai. Cara lain yang bisa digunakan yaitu dengan memberikan contoh pembiasaan dengan saling berkolaborasi mewujudkan budaya positif.

 

Belum ada Komentar untuk "Eksplorasi Konsep Budaya Positif Teori Kontrol Modul 1.4"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel